Jadi akhirnya, saudara-saudara,
semua yang benar, semua yang mulia, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu
(FILIPI 4:8)
Rene
Descarter yang hidup sekitar abad XVII menggagas suatu pemikiran “Cogito
Ergosum” yang artinya “Aku ada karena aku berpikir”. Sebagai tokoh rasionalisme,
ide Cogito Ergosum semakin populer dan membius banyak orang pada zaman itu.
Orang mulai meragukan Firman Tuhan dan mulai menyepelekan ibadah karena doktrin
Kristen dianggap tidak masuk akal. Pada zaman itu terjadilah polarisasi (tarik
menarik) antara iman dan ilmu pengetahuan. Orang Kristen berada dalam dilema
besar. Pemikiran Rene Descater masih merupakan pemikian yang terus berkembang.
Akibat secara langsung dari paham ini adalah semakin banyak orang Kristen yang
kembali ke rasio (logika).
Rasul
Paulus mengingatkan kepada setiap orang percaya untuk memikirkan hal-hal yang
manis dan sedap didengar yang mendatangkan damai sejahtera. Logika memang
penting, namun jika kita hidup dalam kebenaran Firman Tuhan, justru hal-hal
yang tidak masuk akal dan misteri disediakan Allah bagi mereka yang mengasihi
Dia. Firman Tuhan berkata, semua yang tidak pernah dilihat oleh mata dan
didengar oleh telinga akan disediakan bagi setiap orang percaya.
Memang
untuk mencerna sesuatu yang tidak masuk akal terkadang sulit. Disinilah fungsi
iman kita sebagai dasar untuk mempercayai, untuk melakukan, bahkan ketika kita
harus bersabar dan bertekun dalam persoalan kebutuhan yang kita alami. Logika dan
nalar tidak mempengaruhi pengharapan kita kepada Tuhan, karena Dia tidak dapat
dibatasi oleh apapun. Dunia boleh bertentangan dengan iman Kristen, tetapi “kuasa
dan mujizat Tuhan Yesus terus berlangsung”.
Sebagai
umat Tuhan, kiranya semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang
sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah
semua itu. Dan yang terutama adalah, “kita tetap mempercayai dan melakukan
Firman Tuhan”. Jika dibandingkan dengan kedahsyatan Firman Tuhan, rasio
(logika) manusia hanyalah setitik air ditengah samudra yang luas. Jadikanlah
Firman Tuhan menjadi bagian yang terutama dalam kehidupan kita, jauh melampaui
apa yang dapat kita pikirkan.
Kemulian dan Kuasa Allah tidak
dapat dibatasi dengan rasio dan logika manusia
0 komentar:
Posting Komentar