Seorang
kepala keluarga yang baik, disegani dan
dihormati oleh anak-anaknya
1Timotius
3:4
Di
daerah Wretang propinsi Shandong China, seorang istri tanpa berpikir panjang membakar
toko ponsel milik suaminya karena menolak untuk diceraikan. Wanita bernama Wang
yang berusia 37 tahun tsb merasa hubungan rumah tangganya mulai retak ketika
suaminya jarang pulang ke rumah dan terlalu sibuk mengurus pekerjaan.
Sebenarnya pasangan ini sukses dalam bisnis ponselnya, namun itu semua tidak
membuat hubungan rumah tangganya semakin mesra. Kecewa dengan hal itu Wang pun
membakar toko ponsel suaminya yang berisi 400 ponsel seharga seharga 378 juta
rupiah. Seharusnya keberhasilan
seorang suami adalah keberhasilan istri juga. Entah itu dalam bisnis, karier
atau pelayanan. Keberhasilan kita dalam menjalankan bisnis atau meniti karier
seharusnya mendatangkan kebahagiaan didalam diri kita maupun bagi keluarga
kita. Namun kerap kali yang terjadi justru sebaliknya. Semakin sukses kita
dalam pekerjaan, semakin parah keadaan rumah tangga dan keluarga kita. Ini bisa
terjadi karena tidak ada keseimbangan. Kita begitu banyak menghabiskan waktu
dan perhatian didalam pekerjaan sehingga melupakan rumah tangga maupun keluarga
yang menjadi tanggung jawab kita.
Tak jarang kalau pasangan kita atau anak-anak kita menjadi “cemburu”
dengan pekerjaan
kita. Hal itu terjadi karena bagi kita bisnis ataupun karier sudah seperti
“istri kedua” bagi kita. Demikian juga anak-anak akan merasa tidak merasa
diperhatikan, meskipun berulangkali kita berkata bahwa semua pekerjaan yang
kita upayakan adalah untuk membahagiakan keluarga. Sudahkah kita memiliki fokus
kepada keluarga kita disamping kita sedang menata karier (pekerjaan)? Ingatlah
bahwa kesuksesan sebesar apapun yang kita dapatkan dalam pekerjaan tidak akan
pernah berguna jika tidak di imbangi dengan kebahagiaan dalam keluarga. Fokus
pada keluarga adalah prioritas utama kita, baru setelah itu kita urus karier (pekerjaan)
kita.
Fokus
pada keluarga adalah pekerjaan utama
0 komentar:
Posting Komentar